Pendakian Gunung Sindoro ini merupakan pengalaman yang ribet-ribet asik. Dapet bus yang super ngaret, badan gemeter gara-gara kebanyakan makan mie instan, matahari terbit yang super-jos, sampai cedera kambuh terangkum dalam perjalanan yang memakan waktu total 3 hari 2,5 malam ini.
Dihari Jumat sore yang lumayan cerah, setelah lepas dari rutinitas, perjalanan dimulai. Dengan sigapnya, abang ojol menerima pesanan untuk mengantar saya ke Terminal Kampung Rambutan dari kawasan segitiga emas Jakarta.
Abang ojol memacu sepeda motornya dengan gesit, sampai jantung rasanya pindah ke ginjal. Tapi tak mengapa, karena sepertinya saya agak telat.
Sesampainya di Terminal Kampung Rambutan, Condong, rekan saya mendaki Gunung Sindoro kali ini, tengah melambai ke arah saya sambil memegang satu cangkir kopi hitam panas.
Kami tak lama berbincang dan langsung bergegas ke konter pembelian tiket bus karena khawatir kehabisan tiket.
Benar saja, tiket bus-bus utama yang melayani rute Jakarta-Wonosobo sudah ludes dibabat sejak jam 4 sore, sementara saya baru sampai di terminal jam 5. Hanya ada satu PO bus yang masih tersisa, yaitu Laju Prima. Mau tak mau, saya beli.
Harga yang ditawarkan relatif sama, namun sangat beda di pelayanan. Saya akan persingkat semua kekecewaan yang saya terima dari Laju Prima dalam daftar berikut:
- Saya dijanjikan berangkat setengah 7 malam. Kenyatannya, kami berangkat setengah 9.
- Jarak antar kursi sempit.
- AC dan lampu yang nggak bisa diatur.
- Mereka masih menerima penumpang meski kapasitas sudah penuh. Sistemnya, siapa cepat dapat kursi, dia yang duduk. Kalo nggak dapet, ya, nasib. Kamu harus duduk di lantai.
Singkat cerita, saya dan Condong akhirnya sampai di Terminal Mendolo, Wonosobo, sekitar jam 10 atau 11 siang. Sedikit merenggangkan kaki, kami langsung meluncur lagi menuju basecamp pendakian Gunung Sindoro via Kledung.
Untuk ke basecamp, kami memilih ojek dan nggak menggunakan bus seperti pendaki lain. Alasannya, biar lebih bisa menikmati kota Wonosobo.
Sepanjang perjalanan, mas-mas ojek cerita banyak. Tentang Gunung Sumbing yang lagi sering kebakaran, tentang produksi cabai F1, yaitu capai kualitas premium dari Wonosobo, juga tentang dirinya yang pernah ganteng dan digilai banyak wanita segar. Serius.
Dua puluh menit sudah saya dan Condong duduk di atas motor bebek sambil dihembuskan angin sejuk. Kami sampai di basecamp.
Basecamp pendakian Gunung Sindoro via Kledung mirip seperti kelurahan. Di halaman depan, puluhan motor terparkir dengan rapih. Itu adalah motor-motor para pendaki yang sudah lebih dulu menapakkan kakinya di Gunung Sindoro.
Segera saya membagi tugas dengan Condong. Condong mengurus Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi), saya membeli logistik yang belum terbawa.
Pendakian Gunung Sindoro Dimulai
Logistik sudah lengkap dan Simaksi sudah terurus, sekarang saatnya… eits, belum. Untuk memulai pendakian, sebenarnya ada 2 cara yang bisa dipilih: pertama, sepenuhnya berjalan dari basecamp (sekiranya memakan waktu 1 jam), atau kedua, diantar dengan ojek yang nggak kenal pedal rem hingga ke pos 1,5 (dengan durasi perjalanan lebih kurang 15 menit). Karena saya lemah, saya lagi-lagi menggunakan ojek.
(Rincian biaya pendakian Gunung Sindoro dijelaskan di bawah artikel)


Setelah sampai di pos 1,5 saya dan Condong mampir ke warung yang ada di sana, jajan sedikit, ngambil napas. Pendakian kami mulai 15 menit kemudian.





Sekiranya setelah berjalan 1 jam, saya dan Condong sampai di pos 2. Posnya biasa, cuma berupa tanah datar dan ada beberapa warung yang berdiri di sana. Saya dan Condong nggak mampir, mengingat kami sudah istirahat cukup sebelumnya.





Dari pos 3, berjalan sekitar 15 menit lagi, kami akhirnya tiba di pos sunrise camp. Itu adalah pos terakhir, dan kami mendirikan tenda di situ. Pihak pengelola memang sudah melarang dari awal untuk tidak mendirikan tenda lebih dari area tersebut.
Saat tenda sudah berdiri, waktu menunjukan lebih kurang jam setengah 4 sore. Saya dan Condong kemudian masak, mengisi perut yang mulai berbunyi seperti lagu terbaru Slipknot.
Sesudah kenyang, ritual kopi hitam pun kami mulai. Diseruputan terakhir, saya dan Condong menyadari bahwa hari sudah semakin larut. Lembayung sore mulai menghampar di Langit Wonosobo dan Temanggung. Saya bergegas keluar tenda, melihat sekitar, menikmati suasana.




Puas berfoto dan menikmati sekitar, saya dan Condong kembali ke tenda. Matahari sudah istirahat. Saya dan Condong berbincang banyak hal. Suasana yang nyaman diselimuti udara sejuk memang momen yang pas untuk deep talk.


Habis satu gelas kopi, handphone dimatikan, kami lekas tidur agar tenaga pulih untuk pendakian ke puncak.
Summit/pendakian ke puncak dimulai jam 3 dini hari. Menurut beberapa pendaki yang sempat berbincang dengan kami karena tendanya bersebelahan, lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di puncak sekitar 2-3 jam.
Di awal-awal summit, jalurnya terjal. Karena headlamp saya bermasalah, saya nggak bisa mengabadikan momennya.











Sebenarnya kami nggak sampai puncak banget. Hanya melihat dari kejauhan. Terlalu ramai dan kami pun memang sudah merasa cukup. Lagipula Condong sudah gemetaran dan merasa nggak enak badan. Tanpa pikir panjang, saya dan Condong meluncur turun.
Penyebabnya Condong gemetaran nggak diketahui secara pasti, tapi saya percaya itu karena ia kebanyakan makan mie instan dan nggak makan nasi atau roti.





Setelah sekitar 2 jam perjalanan turun, kami sampai di pos 1,5 dan langsung menaiki ojek rasa motogp itu lagi. Anehnya, mereka lebih manusiawi bawa motornya.
Touchdown di basecamp. Seusai melakukan pengecekkan logistik, saya dan Condong mencari bus yang bisa mengantar kami kembali ke Terminal Mendolo.
Di Terminal Mendolo, saya dan Condong mandi, makan, dan membeli beberapa camilan untuk perjalanan pulang. Tepat jam setengah 5 sore, sesuai janji, Bus Sinar Jaya mengantar kami kembali ke Jakarta.
Hal yang perlu diketahui untuk mendaki Gunung Sindoro
Berdasarkan pengalaman, beberapa hal di bawah ini mungkin perlu kamu tahu agar memudahkan perjalananmu ke Gunung Sindoro kelak:
- Beli/bawa makanan dari rumah untuk perjalanan bus. Makanan di restoran pemberhentian bus harganya konyol.
- Bawa obat-obatan untuk pribadi dan umum, seperti obat anti mabuk, minyak kayu putih, balsem/koyo, dan paracetamol.
- Saat mendaki, istirahatlah seperlunya dan jangan terlalu lama.
- Nggak ada sumber air di Gunung Sindoro. Rata-rata tiap orang membawa 2 liter air mineral ketika mendaki. Tapi jika kamu gampang haus, baiknya bawa ekstra. Lebih baik kelebihan daripada kekurangan. Dehidrasi bisa lebih membahayakan jika kamu mengalaminya saat mendaki gunung.
- Jangan terlalu banyak makan mie instan. Usahakan perut kamu terisi dengan makanan yang benar-benar menambah energi, misalnya nasi atau roti.
- Bawa tenda dan pakaian yang benar-benar kuat menahan dingin. Kalo bisa, beli jaket khusus untuk naik gunung. Dingin ditambah angin yang nggak bercanda kencengnya di Sindoro dapat dengan mudahnya menyebabkan hipotermia jika kamu nggak membawa peralatan yang memadai.
- Perhatikan logistik yang kamu bawa. Perlu benar-benar diingat, semua makanan ataupun rokok yang kamu bawa mendaki akan dicatat oleh pihak pengelola, dan sampahnya akan dihitung ketika kamu turun ke basecamp. Jumlahnya harus sama. Jika nggak, kamu akan dikenakan denda.
- Mungkin ada yang penasaran: Di Sindoro nggak ada WC/toilet/kamar mandi, seperti halnya di Gede Pangrango atau Papandayan.
- Babi hutan di Sindoro masih tergolong banyak. Untuk berjaga-jaga, gantung makanan dan sampah di pohon yang letaknya agak berjauhan dari tenda.
- Saat ke puncak/summit, bawa daypack untuk menyimpan makanan ringan dan air minum.
- Turun lebih awal agar bisa segera beli tiket bus. Jika nggak, bisa-bisa kamu kehabisan bus utama dan nyaman macam Sinar Jaya.
Biaya pendakian Gunung Sindoro
Berikut adalah rincian biaya yang saya keluarkan dalam Pendakian Gunung Sindoro kali ini:
- Bus Jakarta-Wonosobo: Rp. 120.000. Total Rp. 240.000. (Sinar jaya sebenarnya hanya Rp. 113.000.
- Ojek Terminal Mendolo, Wonosobo, ke basecamp pendakian Gunung Sindoro via Kledung: Rp. 40.000/orang. Jika kamu mau naik bus, ongkosnya Rp. 25.000/orang.
- Bus pulang basecamp-Terminal Mendolo: Rp. 15.000.
- SIMAKSI/izi pendakian: Rp. 20.000/orang.
- Ojek dari basecamp ke pos 1,5: Rp. 25.000/orang.
Untuk biaya makan bervariasi. Saya pribadi hanya menghabiskan kurang dari 100rb, itu pun sudah termasuk jajan-jajan.
Nah, itulah cerita saya mendaki Gunung Sindoro. Kalo kamu punya pengalaman seru atau tips mendaki gunung, bagikan ke kami dan teman-teman lain dengan menulisnya di kolom komentar, ya.
Salam dan selamat bertualang.
Teks & Foto: @dewajipangalih
Baca juga:
Leave a Reply